Friday 5 August 2011

Menyusuri Jejakmu

Harus berapa luka lagi terbuka sampai hatimu mau menyala


Dadaku lentera, dirundung dingin diremuk asa tak bernama


Suaramu makin sayup tak bermuara, harapku makin kuncup tak berwarna


Namun rasa ini terlalu ada untuk kubuang di selaksa masa


Namun rasa ini terlalu jiwa untuk ku raba


Namun rasa ini terlalu Aku untuk ku lupa


Aku tak mungkin mati berdiam diri,
karena kaulah yang mengandung segala makna yang kunanti


Aku tak mungkin hanyut dalam sunyi
karena kaulah musim semi, aku salju yang menari


Di sela-sela kebohongan, di altar-altar kata
kuraih manis ingatan, kupendam pahit di sudut mata


Masih juga kupahat lembut momentum saat kita bertatap muka
di segala penjuru waktu yang kutemu, di setiap keping harapan yang beku


Namun aku terlalu engkau untuk melanjutkan hasratku


Namun aku terlalu parau untuk terus menyusun rindu


Namun aku terlalu bangun untuk terlelap, dan berhenti menyusuri jejakmu.



Bandung 05 August 011.

Thursday 4 August 2011

Alangkah Biru

Alangkah duka tegas bertanya-tanya
di kala malam tak pulang bawa cita
Alangkah pagi masih nyata
di kala hati enggan terluka

Alangkah engkau
Bagai murai di dahan kering
Aku angin, t'lah lama tak disapa canda
adakah ruang di rindumu untuk sekedar kita bertukar kata
aku terbata-bata
menahan rasa
tak terkata

Alangkah kaku waktu
memaku harap yang kian kelu
tak mampu, melukis citra dirimu

Alangkah biru
sendu
pilu.

4 August. 011

Wednesday 3 August 2011

Cerita Terakhir

-Dalam pudar sketsa senyumnya masih setia harum nafasnya-
Garis wajahmu mengurung pandang dalam satu titik terkunci,
aku tak mungkin cari cerita lain lagi.

Bubarkan gerimis kelam lalu undang mereka lagi,
aku nyala api yang menari diatas lilin ketulusan,
bubarkan burung malam lalu undang penghuni pagi,
aku rindu sendiri dalam ruang tak berpenghuni.

Akankah jendela kamarnya kelak terbuka,
hatinya mengurung burung dara yang kecewa,
andai kunci luluh dan mengalah,
pasti ia akan terbang ke langit yang kulukis tanpa lelah.

Kau samudera ungu tanpa dasar,
jiwaku haru telak terjangkar.
Kau datang atau kau pergi,
aku tak mungkin cari cerita lain lagi.
Andai langitku karam tak kau layari,
lebih baik aku tenggelam dalam ruang tak berpenghuni,
ditemani wangi nafasmu dan burung malam yang cemburu.

Aku tak mungkin cari cerita lain lagi,
akan kulukis sketsa senyummu sampai pagi sudi kembali.



Bandung 02 august 011

Tuesday 2 August 2011

Kekasih

Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih
dan mengetuk. Ada suara bertanya, “Siapa di sana?”
Dia menjawab, “Ini Aku.”
Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.”
Pintu tetap tertutup
Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali
dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya, “Siapa di sana?”
Dia berkata, “Inilah Engkau.”
Maka, sang pintu pun terbuka untuknya.

Sunday 31 July 2011

Rumah Kaca Tanpa Nama

Semut-semut merayapi kulit sunyi di bawah awan pekat dibelai angin yang berat
Daun-daun kering di jalanan kusam menuju sebuah pintu
Denting asa,

kelepak harap yang tadi pagi bertengger di jendela alit rumah kaca,
denting rasa, 
denting dusta, 
kelepak sayap yang tadi sore seputih cerah matanya.

Tinggal tersisa detik-detik yang berdecit malas mendorong nafas ragu-ragu, 

detak abu-abu, 
rebah satu-satu,
lelap buru-buru.

Malam jadi sekutu rindu yang tak tahu malu, mengurai jarak jadi guna-guna,

namun sia-sia menangkap makna, masih juga berlari tak tahu diri,
berharap dapat gantikan matahari pagi yang membasuh putih cerah matanya.

Kegelisahan tak beraturan menemukan rumahnya dalam kata-kata, rumah kaca tanpa nama, sebuah impromptu dalam bentuk kalimat yang beku.

Beku oleh rindu tak menentu.


31 juli 011

Friday 15 July 2011

Antika

Dalam maya langkahku dosa, memungut warna menyulam jiwa
Kau kibar pelangi sendiri, tak satu langit pernah punyai

Aku cemburu pada kupu-kupu, aku cemburu bunga-bunga layu, aku cemburu jalanan kuyu

Tanpa perlu mengetuk rindu
Mereka mampu undang hatimu

Andai nafasku tinta, namamu lembar perangkap asa

Andai denyutku kata, pandangmu buka sekitab prosa
Andai senyummu dusta, aku tak mau tahu
Andai aku ada untuk kau rasa

Landai, landai harapku bertumpu sayu di landai haru

Memuji harum langkah pudarmu dikejar waktu
Adalah tak mungkin
Bagi debu bersanding ratu

Dadaku taman seribu kuncup rindu, kusulam senyum tanpa kata

Tataplah aku!
Dan baca yang kurasa!

- Untuk Antika -

15 juli 011
00.44 wib

Thursday 14 July 2011

Layar Pucat

Layar itu memucat kawan
Disapu angin tak diundang
Mabuk rona tak bernama

Bilamana aku lokan, telah redam aku dimakan lautan

Sudah banyak cerita, banyak luka aku tuak dalam dada
Masih juga aku bujang di depan cinta

Layar itu pucat wahai angin, gemetaran memandang rona disana

Adalah tak pasti kapan hidup disapa mati
Tapi bukan itu aku risaukan, aku takut mati membawa hati yang tak pasti
Telak dibuat koyak oleh cinta sendiri

Sudah banyak cerita, sudah punah banyak warna

Masih juga, aku pucat diremuk rasa. 




14 juli 011

Saturday 9 July 2011

Nyala Sunyi

Dadaku rebah dalam gelisah, aku nyawa tanpa darah
Kau selusupi waktu dan taburi tiap jengkal batu dengan rindu
Namamu tumbuh jadi kenanga, jadi dahlia, jadi sakura yang menari dihempas keras kegelesihanku
Bertambah indah seiring lukaku menganga curiga: ingin menatapmu lebih lama
Aku kini makam personaku sendiri
Aku kini panggung, pesonamu menari

Bukan kau wahai tubuh!
Puisiku untuk keindahan sang Ruh!
Sajakku untuk pesona yang mengguruh!
Cemerlang dalam rahasia, tersulam dibalik daging dan muka

Aku kini nisan kewarasanku yang rapuh!
Aku kini api, kau bara kau suluh!
Kita satu dalam nyala sunyi!

9 juli 011

Wednesday 15 June 2011

Daun Yang Memerah

Daun yang memerah, lambaikan sekilas rindu pada putih mataku
Sendu ini sudah lelah bergumam sendiri, ia terbang dan menghilang
Tinggalkan jejak yang tak sudi kubaca, hitamku telah reda
Aku sudah jadi setengah Dewa, sepenuh gila, penuh dengan Cinta.

Merah bagai daun Maple
.

15 juni 2011

Thursday 10 February 2011

Fluktuasi

Salju dalam jalanan yang berserakan
menuai langkah yang kutanam dalam-dalam
Roda pacuku telah jadi ular yang kedinginan
melingkar kehilangan, meraba kenangan

Senja abu-abu
mengangkat lengan harimu ke alam ragu
waktu
terus menikam kita dengan lembutnya,
Kucuran darahmu menuliskan hangat
yang lama kurindu

Lukiskanlah jalan bagi semua hewan untuk transit
bagai Noah, derita membentuk bahteranya sendiri
mengangkut dua hal berlawanan dalam satu dada
yang sama

Kau, jadikan ketololanku sebagai pena
yang mensastrakan dukaku jadi lagu
mengiringi tandu-tandu yang mengusung jejak
langkahku
menembus abu
sang waktu

Tema dunia
adalah tentang memuja perubahan
dan menjagal stagnansi masa kini

Saat banjir mereda
tanah yang kita jejak adalah konstruksi surga
penuh potensi tak terbatasi
imaji

Hari ini taman kita adalah taman duri
esok atau kelak namun pasti
Warna api nyalakan wangi mawar
dan melati

10 Feb. 011